Cermin
8:00 AM
ada sesuatu yang tak terlihat yang menatanya untuk terjadi dihadapan kita, mulai dari hal-hal kecil seperti kepentok meja, menemukan uang, tertusuk duri, pilek, sakit, pertemuan dengan orang-orang tertentu,kejadian yang menyangkut teman-keluarga & orang2 disekeliling kita, kehadiran binatang2 mulai dari seranga kecil sampai mamalia, baik itu hal yang menyenangkan, menakutkan, mengagetkan, menyakitkan, menyedihkan, semua kejadian memiliki makna yang apabila kita dalami, coba pahami dan petik maknanya kita akan belajar sesuatu, kita akan menyadari kesalahan kita dan berkesempatan untuk berubah, melepaskan hal lama yang salah dan belajar hal baru yang lebih baik…
Sejak kecil saya mendengar kalimat ini: tidak ada yang kebetulan, namun baru 3 tahun belakangan inilah saya mulai memahami bahwa makna kata-kata tersebut benar-benar berlaku setiap detik, disetiap waktu & kejadian tanpa terkecuali, tak ada kejadian sekecil apapun yang tak bermakna, walau seringkali kita mengabaikan maknanya, dan semakin kita abaikan makna kejadian-kejadian kecil dalam hidup kita, semakin besarlah 'kejadian' yang terjadi.
Kejadian itu ibarat volume suara, suara magis peringatan yang memberitahukan kita hal-hal salah yang kita abaikan dan biarkan untuk terjadi, suara itu awalnya pelan, seperti berbisik, kejadian-kejadian sederhana yang seolah menyolek kita untuk menyadarkan kita akan sesuatu, yang bila kita abaikan suaranya, suara itu makin lama makin keras dan bila kita terus mengabaikannya, kita akan menghadapi kejadian yang mengagetkan, tak terelakan dan tak dapat dihindari, seperti kecelakaan, kehilangan, bencana, dan sebagainya,
dititik inilah seringkali kita baru sadar hal-hal salah yang selama ini kita lakukan dan kita benarkan walau kita tahu didasar hati kita yang terdalam, bahwa itu salah.
Disaat itulah baru kita menangis dan berubah, setelah kita kehilangan hal-hal berharga yang selama ini kita salah gunakan, abaikan/perlakukan dengan tidak baik, baik itu barang, orang maupun organ tubuh kita sendiri.
jeleknya lagi, banyak juga orang yang ketika sampai dititik ini, dimana kejadian-kejadian pahit mulai terjadi, tetap menolak untuk sadar dan insyaf, melainkan mulai menyalahkan hal-hal disekelilingnya: orang lain, pemerintah, alam, lingkungan, Tuhan, atau yang paling umum:menyalahkan diri sendiri dan menghukum diri sendiri.
Namun, melalui sekolah hidup yang saya lalui, aksi 'menyalahkan' ini, baik ke orang lain,keluarga, masyarakat,pemerintah, Tuhan, alam, dan diri kita sendiri, tidak akan dapat mengubah hidup kita menjadi lebih baik, tidak akan mengubah lingkungan sekitar kita, kita akan 'stuck' disana dan memperburuk keadaan dengan sikap 'menyalahkan' ini.
Sikap 'menyalahkan' adalah sikap yang didasari oleh rasa takut untuk mengambil tanggung jawab penuh akan hidup kita sendiri, kita ingin lari dari tanggung jawab pribadi, dan ingin orang lain bertanggung jawab atas hal buruk yang terjadi dalam hidup kita, ini adalah salah satu sikap manusia yang paling merusak yang sepertinya sudah diturunkan sejak jaman Adam dan Hawa, dimana Adam menyalahkan Hawa saat sadar bahwa dirinya salah, dan Hawa pun menyalahkan ular saat tahu dirinya salah.
Menyalahkan adalah bentuk dari amarah yang apabila diteruskan akan membawa hidup kita, orang dan alam disekeliling kita menjadi semakin rusak. Seolah kita berkata bahwa semua orang didunia ini salah dan mereka semua harus berubah, atau mengubahnya untuk kita, sementara kita sendiri sudah benar dan merupakan korban dari perbuatan buruk mereka, pemikiran bahwa kita 'korban' adalah sebuah pemikiran yang sangat melemahkan dan mematikan perkembangan jiwa kita. Sikap menyalahkan, komplain sana-sini juga tidak akan membawa perubahan, karena komplain/menyalahkan berarti kita menuntut orang lain untuk berubah, sementara ada pepatah bijak lain yang berkata: kita tidak bisa mengubah orang lain, orang yang bisa kita rubah hanyalah diri kita sendiri.
Sementara hal lain yang sama merusaknya adalah sikap menyalahkan diri sendiri, saat kita menyalahkan dan menghukum diri kita sendiri: mengatakan bahwa kita bodoh,tolol. jelek,dst saat sesuatu yang buruk terjadi,
kita marah dan bersikap kasar pada diri kita sendiri karena kita melakukan kesalahan, atau mengambil keputusan yang salah sesungguhnya adalah tindakan yang kejam, brutal, tidak manusiawi & sesungguhnya sangat angkuh. Seolah kita menuntut diri kita untuk selalu benar dan sempurna, dan tidal mau memaafkan kesalahan kita sendiri. Perilaku ini mungkin kita contoh dari cara orang-orang disekitar kita memperlakukan kita saat kita salah:marah, menghina, mempermalukan, dan mebodohi, padahal hei! Saya hanya ingin bilang, bahwa Tuhan mencintai kita, dan tidak akan pernah menghakimi kita akan kesalahan yang kita perbuat, Dia telah memaafkannya secara instan saat kejadian itu terjadi, dan kita diijinkan berbuat salah, dan tidak harus sempurna untuk menerima cinta Nya, hanya saja, apabila kita melakukan kesalahan berulang kali tanpa berusaha untuk berubah, kita telah menyiksa diri kita sendiri dan menempatkan diri kita dijalan menuju kehancuran.
Mungkin,hal terbaik menurut yang bisa kita lakukan saat hal mengagetkan/menyedihkan/menakutkan/menyakitkan terjadi, sebelum menyalahkan diri kita atau orang lain, adalah berdiam diri. Kadang yang kita perlukan untuk menjernihkan semua keadaan adalah dengan tidak melakukan apa-apa selain bernafas, bernafaslah dengan dalam dan biarkan emosimu mengalir, entah dalam teriakan, getaran, lengguhan, air mata atau kesemuanya dalam waktu bersamaan, biarlah badai itu mengamuk dan air hujan turun sampai awan luka hatimu itu kering. Berdoalah pada Tuhan untuk ditunjukan kebenaran & mintalah Kasih sayangNya untuk melalui masa sulit. Saat kita memutuskan untuk merendahkan hati dan berserah kepada Tuhan,disaat yang sama kita telah mengambil tanggung jawab pribadi akan hidup kita, memaafkan kesalahan & ketidak sempurnaan sesama kita dan melepaskan hal-hal negatif dan memberi ruang untuk hal positif untuk masuk. Semua kejadian hanyalah sementara, emosi yang ditimbulkannya adalah seperti badai yang akan berlalu.
Dan sesungguhnya semua kejadian yang terjadi dalam hidup kita adalah cerminan langsung kondisi hati kita.
Alam, binatang, lingkungan dan cara orang-orang disekeliling kita memperlakukan kita adalah refleksi dari keadaan jiwa kita sendiri. Saat jiwa kita penuh dengan cinta, sukacita, dan rasa syukur, lingkungan dan orang-orang disekeliling kita akan merespon dengan hal yang sama, sementara apabila didasar hati kita memendam ketakutan,malu, amarah, kesedihan, lingkungan serta orang-orang disekeliling kita akan mencerminkan hal tersebut dan menciptakan kejadian2 yang membuat kita takut, malu, atau sedih.
Alangkah baiknya apabila hal itu terjadi, kita meresponnya dengan rendah hati dan bercermin, sambil bertanya pada diri kita sendiri, hal apa yang masih salah dalam diri saya?hal buruk apa yang masih saya simpan?
apa lagi yang harus saya pelajari? Saat kita membiasakan diri untuk dikoreksi, merendahkan hati untuk ditegur, dan memaafkan kesalahan-kesalah diri kita sendiri, dan melihat bahwa setiap kejadian adalah kesempatan untuk bercermin dan memperbaiki diri, niscaya kita akan sampai pada satu kondisi, dimana kejadian-kejadian buruk tidaklah menakutkan kita, tidak menyakitkan kita, sebaliknya sebuah kesempatan dimana kita bisa membersihkan cermin hati kita yang masih ternodai debu dan menemukan permata yang ada dibaliknya, serta mendekatkan diri kita pada Tuhan, satu langkah lagi.
Percayakah anda bahwa tidak ada kejadian yang kebetulan?
Saya percaya.. Ayo bercermin.
Love,
Flora
Flora
0 comments